Senin, 14 Mei 2012

The Rip Sheet


Ini bukan sebuah tulisan tentang kertas yang robek, bukan pula sebuah tulisan tentang robeknya sebuah kertas. Tetapi sebuah cerita singkat tentang apa yang terjadi, robek.

Begitu mendengar kata robek, imajinasi kita pasti tertuju pada terpisahnya atau terbelahnya sesuatu, media apapun itu. Tidak bisa dipungkiri lagi, setiap kata robek mengandung makna penyesalan. Mengapa sih terjadi robek? ada 2 kemungkinan, disengaja atau tidak disengaja. kemungkinan yang kedua sudah lumrah terjadi, kesalahan manusia yang terkadang tak apik. Namun kemungkinan pertama memiliki makna yang lebih dalam. Disengaja robek? hmm mungkin dilakukan untuk menghilangkan bukti atau menghapus memori. 

Tidak bisa dipungkiri juga kalau setiap tulisan yang sengaja ditulis ini memiliki keterkaitan dengan hal disekitar yang menulis. The Rip Sheet menjadi sebuah dilema. Disaat kita sengaja merobek namun tidak sengaja menghilangkannya. Sengaja merobek memori buruk namun tidak sengaja menghilangkan memori yang sebagiannya baik. Ini dapat terjadi pada hal apapun, entah keluarga, teman, maupun pacar. Banyak kisah yang pernah saya dengar dan saya baca. Yang pada akhirnya selalu tercetus kalimat "penyesalan memang datang terlambat". 

Yang saya ragukan sampai saat ini, mengapa harus datang penyesalan? bukankah disetiap keputusan yang diambil selalu ada alasan yang kuat? mengapa harus menyesali hal yang sengaja dirobek? bukankah sebelum tangan kita merobeknya kita sudah punya alasan yang kuat mengapa kita sengaja merobeknya? bukankah semua sudah kita pertimbangkan? lalu untuk apa penyesalan datang? untuk membuat robek kembali utuh? untuk mencuci tangan kita dari tindakan merobek? atau untuk menangisi diri kita sendiri karena ternyata itu hal yang tidak disengaja?